JAKARTA – Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan pentingnya keteladanan dalam kepemimpinan saat mengatasi krisis.
Ini disampaikan Menteri Iftitah saat menceritakan kisahnya sebagai saksi mata ketika tsunami menerjang Aceh, 20 tahun lalu, tanggal 26 Desember 2004. Saat itu, Menteri Iftitah masih menjadi perwira Kavaleri Kostrad TNI AD.
Kesaksian ini disiarkan secara nasional oleh CNN Indonesia dalam acara The Big Idea Forum, episode mengenang 20 tahun tsunami, Kamis (26/12/2024).
Kesaksian Menteri Iftitah ini melengkapi sambutan kunci yang disampaikan Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang menjadi pucuk pimpinan nasional saat tragedi tersebut terjadi. Dalam sambutannya pada awal siaran, Presiden SBY menegaskan pentingnya kepemimpinan dalam masa krisis.
Menteri Iftitah memberi kesaksian saat ditanya moderator dalam sesi tanya jawab. Saat tsunami terjadi, Menteri Iftitah sedang menjadi Perwira Seksi Operasi di Batalyon 8 Kostrad, dengan wilayah tugas Banda Aceh dan sekitarnya.
“Kehadiran Presiden SBY waktu itu membangkitkan semangat warga yang kena bencana. “Kalau Presiden sebagai pimpinan tertinggi saja ada di sini, tidak ada alasan bagi pejabat dan aparat negara lainnya untuk tidak hadir,” ungkap Menteri.
Sejarah mencatat, pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden SBY saat itu, berhasil melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh dan Nias. Selain itu, Presiden SBY juga berhasil membuat Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk menyetujui perdamaian permanen.
Setelah mantan Presiden SBY bicara, acara dilaksanakan dalam bentuk diskusi panel.
Salah satu pembicaranya adalah Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya. Putra terbaik Aceh ini menguraikan bagaimana pembangunan infrastruktur ekonomi kreatif bisa menjadi bagian dari mitigasi potensi bencana, bukan hanya di Aceh, tapi juga di seluruh Indonesia.
Pembicara yang lain adalah mantan juru bicara Presiden ke-6 Dino Patti Djalal, pendiri organisasi 5P Global Movement, serta Prof. Dr. Ella Meilianda, ahli mitigasi bencana wilayah pantai dari Unsyiah, Aceh. Diskusi dipimpin wartawati senior Desi Anwar.
Tsunami di Aceh termasuk yang paling banyak makan korban, dengan perkiraan 200 ribuan lebih jumlah yang tewas atau hilang.
Kini Aceh sudah pulih kembali. Tapi mengingat Indonesia terletak di kawasan gunung berapi (ring of fire), tidak ada pilihan kecuali hidup berdampingan bersama bencana.