JAKARTA – Sebagai wilayah yang menjadi bagian dari poros maritim Kawasan Barelang dan Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dinilai strategis untuk pengembangan industri berbasis maritim, hortikultura, dan rempah. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas mendorong optimalisasi lahan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis pendidikan, teknologi, dan industri.
“Saat ini terdapat 3.388 hektar lahan HPL transmigrasi di Anambas yang belum jelas tata batasnya. Kami meminta dukungan Kementerian Transmigrasi untuk segera memetakan dan menetapkan peruntukannya, baik untuk transmigrasi lanjutan maupun alih fungsi menjadi kawasan industri yang ramah masyarakat,” ujar Bupati Anambas, Dato Aneng saat lakukan paparan kepada Menteri Transmigrasi, Jumat (25/4/2025).
Dalam programnya, transmigrasi kini diarahkan untuk membentuk kawasan ekonomi baru yang sejalan dengan lima program unggulan: Trans Tuntas, Trans Lokal, Trans Patriot, Trans Karya Nusantara, dan Trans Gotong Royong. Program-program ini tidak hanya menyiapkan infrastruktur, tetapi juga membangun kapasitas SDM lokal agar mampu beradaptasi dan bersaing.
“Pembangunan kawasan transmigrasi modern harus menjadikan pendidikan sebagai fondasi, elemen utamanya yaitu pendidikan dan ekonomi untuk membangun kawasan ekonomi baru. Pendidikan bukan sekadar bangku sekolah. Ia harus mampu mengubah cara pandang, cara berpikir, dan cara hidup masyarakat. Dengan masuknya ilmu, teknologi, dan alat – kawasan transmigrasi akan hidup dan berkembang,” kata Menteri Iftitah dalam audiensi.
Harapan jangka panjangnya, Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi etalase Indonesia dan berbatasan langsung dengan Singapura, menjadi kawasan yang maju dengan kehadiran Kementerian Transmigrasi. “Rempang adalah wajah Indonesia. Jika berhasil, maka kita menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa membangun dengan adil dan beradab. Kita ingin semua daerah, termasuk Anambas, menjadi rumah bagi industrinya sendiri, rakyat berperan sebagai tuan rumah,” ujar Menteri Iftitah
Kementerian Transmigrasi juga tengah mendorong pemanfaatan kawasan transmigrasi sebagai ‘laboratorium hidup’ untuk penerima beasiswa Trans Patriot. Mahasiswa yang ditempatkan akan menjalankan riset, pendampingan, dan kembali membangun kawasan setelah menyelesaikan pendidikan. “Transmigrasi adalah program sukarela. Tapi masyarakat harus siap menerima perubahan dengan pendidikan dan pembinaan yang terus-menerus. Kita tidak hanya memberikan lahan, tapi juga peluang,” pungkas Menteri Iftitah.
Kegiatan ini ditutup dengan komitmen bersama untuk menata ulang lahan HPL transmigrasi di Anambas, membuka peluang investasi yang adil, serta mempercepat pembangunan kawasan ekonomi baru yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis potensi lokal.